Teori Psikologi Islam dan Barat
Teori Psikologi Islam dan Barat
Menurut Sidi Gazalba (Sham, 2016: 81), teori adalah anggapan kebenaran yang kuat dan dibina di atas data yang cukup sehingga sesuatu perkara dapat dijelaskan secara logika. Teori psikologi Islam berasaskan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena teori ini didapat dari data-data ajaran Islam yang berlandaskan kepada Al-Qur’an dan al-sunnah. data dari Al-Qur’an, As-Sunnah dan kajian empirik tersebut terbentuklah satu teori. Contohnya saja teori tingkah laku oleh al-Ghazali dan teori kebahagiaan jiwa.
Dalam teorinya tentang tingkah laku, ahli psikologi Islam seperti al-Ghazali membahas empat unsur utama struktur manusia yang berbentuk tingkah lakunya, yaitu al-qalb, al-ruh, al-aql, dan al-nafs. Al-qalb dapat disebut dengan hati nurani yang ada pada manusia. Al-ruh adalah ruh jasmani yang halus dan tidak nampak oleh penglihatan. Al-aql adalah akal jasmani atau sifat ilmu yang bertempat pada hati dan akal manusia. Al- Ghazali menghubungkan al-nafs (jiwa) dengan tabiat manusia seperti marah dan syahwat yang terdapat dalam diri manusia.
Ibn Miskawaih menjelaskan teori kebahagiaan jiwa pula, menyatakan untuk mencapai kebahagiaan jiwa, terbagi kepada empat yaitu kebijaksanaan (al-hikmat), kemuliaan (al-‘iffat), keberanian (al-syaja’at), dan keadilan (al-‘adalat). Oleh karena itu, seseorang tidak boleh berbangga diri dan merasa sempurna, kecuali dia memiliki keempat keutamaan ini.
Teori yang telah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa ahli psikologi Al-Ghazali dan Ibn Miskawaih, dalam membentuk teori ini berlandaskan dalil-dalil naqli (Al-Qur’an dan As-Sunnah) dengan data-data empirikal.
Menurut Zaharuddin (2013: 167), ada beberapa teori psikologi barat, diantaranya psikoanalisis, behaviorisme, humanistik, dan transpersonal.
Psikoanalisis
Psikoanalisis merupakan suatu aliran psikologi yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Aliran ini memandang bahwa manusia adalah makhluk yang hidup atas bekerjanya dorongan-dorongan libido (id) dan memandang manusia sangat ditentukan oleh masa lalunya. Kritik atas Freud dan para pengembang teorinya dikarenakan adanya penyederhanaan terhadap kekuatan dorongan (kekuatan libido atau dorongan seksual) sehingga menutupi kemungkinan adanya kekuatan lain yang dapat menggerakkan manusia untuk berpikir dan bertindak. Karena pada dasarnya, manusia adalah wujud makhluk yang sangat kompleks dan memiliki banyak dimensi kebutuhan untuk mengisi kehidupannya sehingga menjadi rumit pula untuk direka sumber dari pemikiran-pemikiran serta tindakannya.
Kritik lainnya adalah tentang bagaimana Freud menggambarkan manusia sebagai wujud makhluk yang begitu pesimis untuk dapat keluar dari belenggu impulsnya dalam ketidakberdayaan melawan libidonya. Seolah tidak ada potensi, misalnya berupa akal, kata hati atau nurani dan keyakinan akan dukungan kekuatan supranatural berupa iman dan takwa kepada Tuhannya, yang dapat dikembangkan oleh dirinya sendiri untuk melawan hal yang instingtif itu. Dengan demikian, manusia tidak berbeda dengan hewan yang bergerak hanya atas dasar instingnya saja.
Behaviorisme
Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang dimotori oleh John Broadus Watson. Aliran ini berpandangan bahwa pada dasarnya ketika dilahirkan, manusia tidak membawa bakat apa-apa dan bahwa manusia semata-mata melakukan respon atau tanggapan terhadap suatu rangsangan. Pandangan seperti ini akan memberi penekanan yang sangat besar pada aspek stimulasi lingkungan untuk mengembangkan manusia dan kurang menghargai faktor bakat atau potensi alami manusia. Aliran ini memandang manusia secara pukul rata, padahal potensi individual manusia beragam. Pandangan ini beranggapan bahwa apa pun jadinya seseorang, maka satu-satunya yang menentukan adalah faktor lingkungan.
Humanistik
Humanistik merupakan suatu aliran psikologi yang dipelopori oleh Abraham Maslow. Aliran ini berpandangan bahwa pada dasarnya manusia adalah baik dan manusia memiliki potensi yang tidak terbatas. Pandangan ini bersikap optimis dan bahkan terlampau optimis terhadap upaya pengembangan sumber daya manusia, sehingga manusia dipandang sebagai penentu tunggal yang mampu melakukan play God (peran Tuhan). Hal itu terjadi karena tinggginya kepercayaan terhadap manusia, maka memungkinkan munculnya sikap membiarkan terhadap perilaku apa pun yang dilakukan orang lain.
Transpersonal
Menurut Daniel (Nashori, dkk., 2005) bahwa psikologi transpersonal adalah cabang psikologi yang memberi perhatian pada studi terhadap keadaan dan proses pengalaman manusia yang lebih dalam dan luas, atau suatu sensasi yang lebih besar dari koneksitas terhadap orang lain dan alam semesta, atau merupakan dimensi spiritual.
Menurut Sidi Gazalba (Sham, 2016: 81), teori adalah anggapan kebenaran yang kuat dan dibina di atas data yang cukup sehingga sesuatu perkara dapat dijelaskan secara logika. Teori psikologi Islam berasaskan kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah, karena teori ini didapat dari data-data ajaran Islam yang berlandaskan kepada Al-Qur’an dan al-sunnah. data dari Al-Qur’an, As-Sunnah dan kajian empirik tersebut terbentuklah satu teori. Contohnya saja teori tingkah laku oleh al-Ghazali dan teori kebahagiaan jiwa.
Dalam teorinya tentang tingkah laku, ahli psikologi Islam seperti al-Ghazali membahas empat unsur utama struktur manusia yang berbentuk tingkah lakunya, yaitu al-qalb, al-ruh, al-aql, dan al-nafs. Al-qalb dapat disebut dengan hati nurani yang ada pada manusia. Al-ruh adalah ruh jasmani yang halus dan tidak nampak oleh penglihatan. Al-aql adalah akal jasmani atau sifat ilmu yang bertempat pada hati dan akal manusia. Al- Ghazali menghubungkan al-nafs (jiwa) dengan tabiat manusia seperti marah dan syahwat yang terdapat dalam diri manusia.
Ibn Miskawaih menjelaskan teori kebahagiaan jiwa pula, menyatakan untuk mencapai kebahagiaan jiwa, terbagi kepada empat yaitu kebijaksanaan (al-hikmat), kemuliaan (al-‘iffat), keberanian (al-syaja’at), dan keadilan (al-‘adalat). Oleh karena itu, seseorang tidak boleh berbangga diri dan merasa sempurna, kecuali dia memiliki keempat keutamaan ini.
Teori yang telah dipaparkan di atas menunjukkan bahwa ahli psikologi Al-Ghazali dan Ibn Miskawaih, dalam membentuk teori ini berlandaskan dalil-dalil naqli (Al-Qur’an dan As-Sunnah) dengan data-data empirikal.
Menurut Zaharuddin (2013: 167), ada beberapa teori psikologi barat, diantaranya psikoanalisis, behaviorisme, humanistik, dan transpersonal.
Psikoanalisis
Psikoanalisis merupakan suatu aliran psikologi yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Aliran ini memandang bahwa manusia adalah makhluk yang hidup atas bekerjanya dorongan-dorongan libido (id) dan memandang manusia sangat ditentukan oleh masa lalunya. Kritik atas Freud dan para pengembang teorinya dikarenakan adanya penyederhanaan terhadap kekuatan dorongan (kekuatan libido atau dorongan seksual) sehingga menutupi kemungkinan adanya kekuatan lain yang dapat menggerakkan manusia untuk berpikir dan bertindak. Karena pada dasarnya, manusia adalah wujud makhluk yang sangat kompleks dan memiliki banyak dimensi kebutuhan untuk mengisi kehidupannya sehingga menjadi rumit pula untuk direka sumber dari pemikiran-pemikiran serta tindakannya.
Kritik lainnya adalah tentang bagaimana Freud menggambarkan manusia sebagai wujud makhluk yang begitu pesimis untuk dapat keluar dari belenggu impulsnya dalam ketidakberdayaan melawan libidonya. Seolah tidak ada potensi, misalnya berupa akal, kata hati atau nurani dan keyakinan akan dukungan kekuatan supranatural berupa iman dan takwa kepada Tuhannya, yang dapat dikembangkan oleh dirinya sendiri untuk melawan hal yang instingtif itu. Dengan demikian, manusia tidak berbeda dengan hewan yang bergerak hanya atas dasar instingnya saja.
Behaviorisme
Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang dimotori oleh John Broadus Watson. Aliran ini berpandangan bahwa pada dasarnya ketika dilahirkan, manusia tidak membawa bakat apa-apa dan bahwa manusia semata-mata melakukan respon atau tanggapan terhadap suatu rangsangan. Pandangan seperti ini akan memberi penekanan yang sangat besar pada aspek stimulasi lingkungan untuk mengembangkan manusia dan kurang menghargai faktor bakat atau potensi alami manusia. Aliran ini memandang manusia secara pukul rata, padahal potensi individual manusia beragam. Pandangan ini beranggapan bahwa apa pun jadinya seseorang, maka satu-satunya yang menentukan adalah faktor lingkungan.
Humanistik
Humanistik merupakan suatu aliran psikologi yang dipelopori oleh Abraham Maslow. Aliran ini berpandangan bahwa pada dasarnya manusia adalah baik dan manusia memiliki potensi yang tidak terbatas. Pandangan ini bersikap optimis dan bahkan terlampau optimis terhadap upaya pengembangan sumber daya manusia, sehingga manusia dipandang sebagai penentu tunggal yang mampu melakukan play God (peran Tuhan). Hal itu terjadi karena tinggginya kepercayaan terhadap manusia, maka memungkinkan munculnya sikap membiarkan terhadap perilaku apa pun yang dilakukan orang lain.
Transpersonal
Menurut Daniel (Nashori, dkk., 2005) bahwa psikologi transpersonal adalah cabang psikologi yang memberi perhatian pada studi terhadap keadaan dan proses pengalaman manusia yang lebih dalam dan luas, atau suatu sensasi yang lebih besar dari koneksitas terhadap orang lain dan alam semesta, atau merupakan dimensi spiritual.
Komentar
Posting Komentar