Pendekatan Psikologi dalam Islam
Pendekatan Psikologis Dalam Studi Islam
Psikologis merupakan pendekatan yang bertujuan untuk melihat keadaan jiwa pribadi-pribadi yang beragama (Ramayulis, 2002: 5). Dalam pendekatan ini, yang menarik bagi peneliti adalah keadaan jiwa manusia dalam hubungannya dengan agama, baik pengaruh maupun akibat. Lebih lanjut, bahwa pendekatan psikologis bertujuan untuk menjelaskan fenomena keberagamaan manusia yang dijelaskan dengan mengurai keadaan jiwa manusia. Sebagai disiplin ilmu yang otonom, ada beberapa pendekatan dalam psikologis studi islam yang dapat diterapkan, antara lain lain (Mujib, 2005: 19);
1. Pendekatan struktural
Pendekatan ini dipakai oleh Wilhelm Wundt. Struktur artinya sebuah bangunan yang terdiri atas berbagain unsur yang satu sama lainnya berkaitan. Setiap perubahan yang terjadi pada sebuah unsure struktur akan mengakibatkan perubahan hubungan antar unsure tersebut. Jadi, hubungan antar unsure akan mengatur sendiri bila ada unsur yang berubah atau hilang.
Teori ini menyatakan bahwa pengalaman mental yang kompleks itu sebenarnya adalah “struktur” yang terdiri atas keadaan mental -mental yang sederhana. Mereka bekerja atas dasar premis bahwa bidang usaha psikologi itu terutama adalah menyelidiki “struktur” kesadaran dan mengembangkan hukum-hukum pembentukannya. Pendekatan mereka yang utama adalah dengan analisis instropektif. Aliran ini berpendapat bahwa untuk mempelajari kejiwaan, kita harus mempejari isi dan struktur kejiwaan dengan menggunakan metode instropeksi atau mawas diri, yaitu orang yang menjalani percobaan diminta untuk menceritakan kembali pengalamannya atau perasaannya setelah ia melakukan suatu eksperimen.
Pendekan struktural dalam studi Islam ini khususnya dalam pendekatan psikologi adalah sebuah upaya untuk memahami Islam sebagai sebuah agama yang merupakan akumulasi dari sekian banyak unsur dan dimensi yang terjalin menjadi satu membentuk konstruksi atau bangunan Islam itu sendiri yang mencerminkan sisi psikologis dalam Islam. Ini karena bagaimanapun Islam dalam dirinya merupakan sebuah bangunan yang masing-masing bagiannya mempunyai peran serta posisi tertentu clan menemukan maknanya ketika tidak terlepas dari unsur atau bagiannya yang lain.
Pendekatan struktural ini juga akan semakin menemukan urgensinya ketika dicoba untuk meneropong islam dalam realitas dan praktek keberagamaan umatnya. Dalam realitas kehidupan umat, sering ditemukan adanya benturan -benturan ideologis dan kepentingan dari umat Islam itu sendiri. Padahal Islam yang dianut adalah satu yaitu agama atau ajaran ilahi yang disampaikan melalui personal Nabi Muhammad SAW. Karena banyaknya kepentingan dan perbedaan penekanan dalam memahami Islam, tidak jarang dalam praktek umatnya, Islam muncul sebagai sesuatu yang terpisah -pisah sehingga Islam terkesan parsial. Terlebih lagi dengan sering munculnya klaim- klaim kebenaran subjektif dari orang-orang yang berbeda dalam memahami Islam membawa kepada perpecahan Berta sekian banyak implikasi negatif lainnya.
2. Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini pertama digunakan oleh William James (1910 M) ia adalah penemu laboratorium psikologi pertama di Amerika pada Universitas Harward. Pendekatan Fungsional adalah pendekatan yang dilakukan untuk mempelajari bagaimana agama dapat berfungsi atau berpengaruh terhadap tingkah laku hidup individual dalam kehidupannya.
Pendekatan fungsional ini lebih menekankan pada apa tujuan dan fungsi dari pengalaman mental untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar. Fungsionalisme adalah suatu tendensi dalam psikologi yang menyatakan bahwa pikiran, proses, mental, persepsi indrawi dan emosi adalah adaptasi organisme biologis. Sebagai suatu jenis psikologi yang menggarisbawahi fungsi-fungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental.
Pendekatan ini dilakukan untuk mempelajari bagaimana agama dapat berpengaruh pada tingkah laku individu di dalam kehidupannya. Norma-norma yang sudah diatur dalam agama, akan menjadi suatu kewajiban yang harus dilaksanakan, sehingga akan tercermin dari perilakunya.
3. Pendekatan Psikonalisis
Pendekatan Psikoanalisis adalah sebuah usaha atau cara mendekati melalui model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis psikoanalisis adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Yang kedua adalah behaviorisme, sedangkan yang ketiga atau disebut juga kekuatan ketiga adalah psikologi eksistensial-humanistik. Pendekatan ini pertama kali dilakukan oleh Sigmung Freud (1856-1939). Penting untuk diingat bahwa Freud adalah pencipta pendekatan psikodinamika terhadap psikologi, yang memberikan pandangan baru kepada psikologi dan menemukan cakrawala-cakrawala baru. Misalnya, membangkitkan minat terhadap motivasi tingkah laku. Freud juga mengundang banyak kontroversi, eksplorasi, penelitian, dan menyajikan landasan tempat bertumpu sistem-sistem yang muncul kemudian.
Psikologi Islam memandang teori psikoanalisis terlalu menyederhanakan kompleksitas manusia. Teori ini hanya berdasarkan fisiologis tanpa menyelaraskan dengan kebutuhan spiritual. Dalam struktur kepribadian yang dikembangkan Freud jika dikomparasi secara psikologi Islam seperti yang diungkapkan Imam Ghazali, yaitu nafsu, akal, dan qalbu. Nafsu diakumulasikan dorongan untuk bertindak yang sudah di intregasikan melalui olah akal, sentuhan rohani dengan berlandaskan agama dan moral. Tidak semua konsepsi pendekatan psikoanalisis dipahami tidak cocok dari sudut pandang psikologi Islam. Setidaknya psikilogi Islam sepakat dengan pemahaman psikoanalisis bahwa manusia mempunyai potensi dalam dirinya untuk diaktualisasikan.
Penggunaan pendekatan ini sangat penting dalam pendekatan psikogis Islam dikarenakan pendekatan psikoanalisis ini dilakukan untuk menjelaskan tentang pengaruh agama dalam kepribadian seseorang dan hubungannya dengan penyakit-penyakit jiwa.
Psikologis merupakan pendekatan yang bertujuan untuk melihat keadaan jiwa pribadi-pribadi yang beragama (Ramayulis, 2002: 5). Dalam pendekatan ini, yang menarik bagi peneliti adalah keadaan jiwa manusia dalam hubungannya dengan agama, baik pengaruh maupun akibat. Lebih lanjut, bahwa pendekatan psikologis bertujuan untuk menjelaskan fenomena keberagamaan manusia yang dijelaskan dengan mengurai keadaan jiwa manusia. Sebagai disiplin ilmu yang otonom, ada beberapa pendekatan dalam psikologis studi islam yang dapat diterapkan, antara lain lain (Mujib, 2005: 19);
1. Pendekatan struktural
Pendekatan ini dipakai oleh Wilhelm Wundt. Struktur artinya sebuah bangunan yang terdiri atas berbagain unsur yang satu sama lainnya berkaitan. Setiap perubahan yang terjadi pada sebuah unsure struktur akan mengakibatkan perubahan hubungan antar unsure tersebut. Jadi, hubungan antar unsure akan mengatur sendiri bila ada unsur yang berubah atau hilang.
Teori ini menyatakan bahwa pengalaman mental yang kompleks itu sebenarnya adalah “struktur” yang terdiri atas keadaan mental -mental yang sederhana. Mereka bekerja atas dasar premis bahwa bidang usaha psikologi itu terutama adalah menyelidiki “struktur” kesadaran dan mengembangkan hukum-hukum pembentukannya. Pendekatan mereka yang utama adalah dengan analisis instropektif. Aliran ini berpendapat bahwa untuk mempelajari kejiwaan, kita harus mempejari isi dan struktur kejiwaan dengan menggunakan metode instropeksi atau mawas diri, yaitu orang yang menjalani percobaan diminta untuk menceritakan kembali pengalamannya atau perasaannya setelah ia melakukan suatu eksperimen.
Pendekan struktural dalam studi Islam ini khususnya dalam pendekatan psikologi adalah sebuah upaya untuk memahami Islam sebagai sebuah agama yang merupakan akumulasi dari sekian banyak unsur dan dimensi yang terjalin menjadi satu membentuk konstruksi atau bangunan Islam itu sendiri yang mencerminkan sisi psikologis dalam Islam. Ini karena bagaimanapun Islam dalam dirinya merupakan sebuah bangunan yang masing-masing bagiannya mempunyai peran serta posisi tertentu clan menemukan maknanya ketika tidak terlepas dari unsur atau bagiannya yang lain.
Pendekatan struktural ini juga akan semakin menemukan urgensinya ketika dicoba untuk meneropong islam dalam realitas dan praktek keberagamaan umatnya. Dalam realitas kehidupan umat, sering ditemukan adanya benturan -benturan ideologis dan kepentingan dari umat Islam itu sendiri. Padahal Islam yang dianut adalah satu yaitu agama atau ajaran ilahi yang disampaikan melalui personal Nabi Muhammad SAW. Karena banyaknya kepentingan dan perbedaan penekanan dalam memahami Islam, tidak jarang dalam praktek umatnya, Islam muncul sebagai sesuatu yang terpisah -pisah sehingga Islam terkesan parsial. Terlebih lagi dengan sering munculnya klaim- klaim kebenaran subjektif dari orang-orang yang berbeda dalam memahami Islam membawa kepada perpecahan Berta sekian banyak implikasi negatif lainnya.
2. Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini pertama digunakan oleh William James (1910 M) ia adalah penemu laboratorium psikologi pertama di Amerika pada Universitas Harward. Pendekatan Fungsional adalah pendekatan yang dilakukan untuk mempelajari bagaimana agama dapat berfungsi atau berpengaruh terhadap tingkah laku hidup individual dalam kehidupannya.
Pendekatan fungsional ini lebih menekankan pada apa tujuan dan fungsi dari pengalaman mental untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar. Fungsionalisme adalah suatu tendensi dalam psikologi yang menyatakan bahwa pikiran, proses, mental, persepsi indrawi dan emosi adalah adaptasi organisme biologis. Sebagai suatu jenis psikologi yang menggarisbawahi fungsi-fungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental.
Pendekatan ini dilakukan untuk mempelajari bagaimana agama dapat berpengaruh pada tingkah laku individu di dalam kehidupannya. Norma-norma yang sudah diatur dalam agama, akan menjadi suatu kewajiban yang harus dilaksanakan, sehingga akan tercermin dari perilakunya.
3. Pendekatan Psikonalisis
Pendekatan Psikoanalisis adalah sebuah usaha atau cara mendekati melalui model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis psikoanalisis adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Yang kedua adalah behaviorisme, sedangkan yang ketiga atau disebut juga kekuatan ketiga adalah psikologi eksistensial-humanistik. Pendekatan ini pertama kali dilakukan oleh Sigmung Freud (1856-1939). Penting untuk diingat bahwa Freud adalah pencipta pendekatan psikodinamika terhadap psikologi, yang memberikan pandangan baru kepada psikologi dan menemukan cakrawala-cakrawala baru. Misalnya, membangkitkan minat terhadap motivasi tingkah laku. Freud juga mengundang banyak kontroversi, eksplorasi, penelitian, dan menyajikan landasan tempat bertumpu sistem-sistem yang muncul kemudian.
Psikologi Islam memandang teori psikoanalisis terlalu menyederhanakan kompleksitas manusia. Teori ini hanya berdasarkan fisiologis tanpa menyelaraskan dengan kebutuhan spiritual. Dalam struktur kepribadian yang dikembangkan Freud jika dikomparasi secara psikologi Islam seperti yang diungkapkan Imam Ghazali, yaitu nafsu, akal, dan qalbu. Nafsu diakumulasikan dorongan untuk bertindak yang sudah di intregasikan melalui olah akal, sentuhan rohani dengan berlandaskan agama dan moral. Tidak semua konsepsi pendekatan psikoanalisis dipahami tidak cocok dari sudut pandang psikologi Islam. Setidaknya psikilogi Islam sepakat dengan pemahaman psikoanalisis bahwa manusia mempunyai potensi dalam dirinya untuk diaktualisasikan.
Penggunaan pendekatan ini sangat penting dalam pendekatan psikogis Islam dikarenakan pendekatan psikoanalisis ini dilakukan untuk menjelaskan tentang pengaruh agama dalam kepribadian seseorang dan hubungannya dengan penyakit-penyakit jiwa.
Komentar
Posting Komentar