Modernisasi Pesantren Tradisional ke Modern
Modernisasi Pesantren Tradisional ke Modern
Pesantren adalah lembaga pendidikan yang menyediakan asrama sebagai tempat tinggal para santri di bawah asuhan kiai. dalam pesantren mendidik santri untuk hidup kesederhanaan. Pengajara pesantren lebih memfokuskan pada pengajaran agama dengan menerapkan metode pengajaran tradisional, dan di dalamnya terdapat aturan-aturan, administrasi, dan kurikulum pengajaran yang khas. Tercapainya suatu tujuan pesantren tergantung dari orang yang mendiami seperti kyai, santri, ustad, dan sebagainya. Jadi, ada kererkaitan antara satu dengan yang lain untuk mencapai suatu tuju. Hal tersebut kiai sebagai subjek utama pesantren.
Seorang kiai sering diidentikkan dengan istilah kepemimpinan nonformal, Dimana legitimasi kepemimpinan berdasarkan atas pengakuan masyarakat yang bersumber pada keahlian dibidang ilmu keagamaan, kewibawaan, kepribadian serta keturunan yang dimilikinya. Kiai tampil di tengah masyarakat dengan kualitas karismanya. Ketika kiai telah dianggap memiliki karisma, maka masyarakat beranggapan bahwa kiai dapat memancarkan barakah. Fenomena ini tampak di dunia pesantren, bahwa mereka datang kepada kiai bertujuan untuk memperoleh restu dan barakah kiai, agar sesuatu yang diinginkan dapat terkabulkan dan mendapat ridha-Nya. Dengan demilkian kiai dapat berperan sebagai wasilah (perantara) yang dapat menghubungkan dunia manusia yang eksoteris dengan dunia supranatural.esotoris. (Samsul Nizar, 2013)
Tujuan pendidikan pesantren yakni adanya pembinaan akhlak dan kepribadian yang mulia dari seorang kiai kepada santri. Adanya semangat pengabdian seorang kiai untuk menurunkan imunya bagi agama, masyarakat dan bangsa. Selama aktivitas yang dilakukan dalam pesantren guna mencapai ridha Allah. Memiliki keinginan mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat.
Pesantren senantiasa mengalami penyesuaian diri dengan situsi dan kondisi di mana pesantren itu berada. Nilai progresif dan inovatif diadopsi sebagai suatu strategi antisipasif dari ketinggalan dengan model pendidikan lain. Dengan demikian pesantren mampu bersaing dengan sistem pendidikan modern. Dilihat dari sudut pandang tersebut, maka eksitensi pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional, masih perlu dipertanyakan. Apakah pesantren dengan bentuk yang termodifikasi itu layak disebut sebagai pesantren? atau untuk mengenal pesantren merujuk kepada pesantren yang yang belum mengadobsi nilai-nilai kemoderan. .
Pandangan di atas setidaknya dapat dijadikan paradigm dalam melihat karakteristik pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional yang tengah mengakar di masyarakat. Demikian juga unsure kelembagaan yang secara berangsur-angsur mengalami perubahan dan penyempurnaan seiring dengan perkembangan zaman. Hal ini menandakan bahwa ciri pendidikan pesantren dalam kelembagaannya tidak dipisahkan dari sistem cultural, dan tidak dapat pula diletakkan di pesantren uniformitas. (Samsul Nizar, 2013)
Akhir-akhir ini kita ketahui bahwa tradisi pesantren sudah mulai pudar. Padahal pesantren dianggap sebagai asset bangsa, sehingga mengundang perhatian pemerintah untuk melakukan sentuhan modernisasi. Sejak decade 80-an, sejumlah program pembangunan dimasukkan ke dalam lembaga pesantren. Terlepas dari hal tersebut, perhatian tertuju ke arah akademik pendidikan Islam tampaknya masih sangat kurang. Kalangan pesantren pada umumnya cenderung berlomba memperbarui dengan system pendidikan sejalan dengan politik dan kebijakan pendidikan islam. Kecenderungan ini berimplikasi pada degredasi pendidikan pesantren. Dalam kasus pendidikan selalu disejajarkan dengan penjenjangan sekolah atau madrasah. (Samsul Nizar, 2013)
Tradisi pesantren merujuk pada satu system pembelajaran tuntas yang dapat menampilkan sosok lulusan berwawasan luas, dan berkepribadian matang. Tradisi pesantren merupakan ciri khas yang ada dalam pesantren Salafiyah memberikan ciri yang membedakan dengan lembaga lain yaitu dengan mengajarkan nahwu, sharf, imu tafsir, tasawuf, tauhid. Kini pesantren telah menerapkan ilmu terpadu yaitu ilmu agama dan ilmu umum seperti, bahasa Inggris, bahasa Arab dan sebagainy. Namun, hal tersebut tidak menjadi penghalang karena mata pelajaran agama masih dipertahankan.
Metode pesantren dulunya bersifat formal dan informal yang biasa dikenal dengan sorogan kitab. Kiai mengajarkan sorogan kitab sesuai capaian dan kemampuan santri. Tapi kini pada umumnya pesantren menerapkan sekolah klasikal sekolah pada atau boarding school. Bukan hanya mirip pesantren melainkan konsep pesantren yang sangat khas. Pesantren bukan hanya melatih kemandirian, tapi juga melatih kedisiplinan, ibadah ritual dan pembentukan spiritual. Pendidikan karakter yang sekarang menjadi tema sentral dalam pendidikan modern telah menjadi impian pesantre selama berabad-abad adab sebelum ilmu, dan karakter. Bukan hal aneh jika seorang santri harus berkhidmat kepada kiai meskipun tidak diajarkan satu kitab selama bertahun-tahun. Kiai bertujuan membentuk adab sang santri sampai benar-benar menerima ilmu. Karena tujuan pendidikan bukan hanya ta’lim pengajaran melainkan juga ta’dim pembentukan karakter.
Semua perubahan itu tidak menjadikan permasalahan dalam pesantren sebagai lembaga yang banyak bergerak di pendidikan islam sebagai lembaga “tafaguh fi-al-din”. Hal tersebut justru semakin memperkaya dan mendukung khazanah ilmu pengetahuan tradisional, sebagaimana dimuat dalam Kitab Kuning dan melebarkan jangkauan pelayanan pesantren terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat terutama pendidikan, dari hal di atas jelas bahwa proses perubahan yang dilakukan oleh pesantren merupakan salah satu bentuk modernisasi pesantren, baik sebagai lembaga pendidikan maupun lembaga social.
Sebagai pendidikan islam, di suatu sisi pesantren harus mempertahankan ketradisiannya dengan memakai karya keislaman yang ditulis para ulama di masa klasik islam, dan paling tidak inilah yang menjadi perbedaan pesantren dan sekolah. Sistem pendididkan Indonesia, seperti ungkapan Sutan Takdir Ali Syahbana bahwa sistem pendidikan pesantren harus ditinggalkan atau ditransformasikan sehingga mampu menghantarkan ke pintu gerbang kemajuan.
Sistem pembelajaran dengan memakai keisliman masa lalu diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan pesantren, yaitu mendidik calon ulama yang setia kepada islam tradisional, bahkan ada kelompok pesantren yang menganggap apabila pesantren tidak lagi mengajarkan kitab kuning, maka keaslian psantren akan pudar dan kabur lebih tepat dikatakan sebagai perguruan atau madrasah dengan sistem pondok atau disebut dengan asrama daripada sebagai pesantren. (Samsul Nizar, 2013)
Menyikapi hal tersebut yang perlu kita tahu pesantren menyebarkan santrinya ke masyarakat bukan hanya untuk berceramah tapi juga untuk mengabdi. Pesantren mengajarkan islam sebagai agama rahmatal lil alamin yakni memperjuangkan kemanusiaa, menghormati perbedaan, dan menumbuhkan cinta tanah air. Hal ini membuktikan bahwa kiai dan santri berada di barisan paling depan untuk membela Republik Indonesia. Bersama elemen bangsa tanpa melihat perbedaan. Perbedaan dianggap sebagai rahmat bukan laknat. Karena itu intoleransi dibutuhkan dalam pesantren. pesantren bukan hanya sebuah lembaga pendidikan tapi juga merawat kekayaan budaya bangsa. Pantas jika pesantren disebut sebagai pesantren one of Indonesian’s greatest traditional.
Komentar
Posting Komentar