Metodologi studi islam Tauhid

METODOLOGI STUDI ISLAM TAUHID

BAB I
PENDAHULUAN

Tauhid adalah pegangnan pokok dan sangat menetukan bagi kehidupan manusia, karena tauhid menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukannya. Hanya amal yang dilandasi dengan tauhidlah, menurut tuntutan Islam, yang akan menghantarkan manusia kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di akhirat kelak.
Berdasarkan pentingnya peranan tauhid dalam kehidupan manusia, maka wajib bagi setiap manusia, maka wajib bagi setiap muslim mempelajarinya. Tauhid bukan sekadar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam semesta ini Allah; bukan sekedar mengenal bukti-bukti rasional tentang kebenaran wujud dan keesa-Nya, Dan bukan pula hanya sekadar mengenal Asma’ dan Sifatnya.
Tauhid ialah pemurnian ibadah kepada Allah, yaitu menghambakan diri hanya kepada Allah  secara murni dan konsekuen, dengan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh rasa rendah diri, harap dan takut kepada Allah.
Untuk itulah manusia diciptakan Allah. Dan sesungguhnya, misi para rasul adalah menegakan tauhid dalam pengertian tersebut, mulai dari rasul pertama hingga rasul terakhir. Pada makalah ini penulis memaparkan kajian tentang tauhid berupa seluk beluk yang terdapat dalam tauhid sebagai pengesaan Allah.
Dari pemaparan latar belakang diatas, maka ditentukan rumusan masalah sebagai berikut:
Hakikat dan Macam-Macam Tauhid
Urgensi Tauhid
Pengaruh Tauhid dalam Kehidupan Umat Islam dan manfaatnya
Hal-hal yang Bertentangan dengan Tauhid
Hal-Hal yang Merusak Tauhid
Tauhid sebagai Dasar Ideologi
Adapun tujuan pembelajaran makalah ini adalah untuk mengetahui ke-enam rumusan masalah di atas  secara baik dan paham.

BAB II
PEMBAHASAN

Hakikat dan Macam-Macam Tauhid
Pengertian Tauhid
Tauhid secara bahasa merupakan masdhar  dari kalimat وَحَّدَ – يُوَحِّدُ – تَوْحِيْدًا artinya mengesakan. Sedangkan menurut istilah, tauhid adalah meng-Esakan Allah Swt dalam ulihiah, rububiah, nama-nama dan sifat-sifat-Nya.
Macam-macam Tauhid
Menurut (Syahidu, 2005:9) macam-macam tauhid ialah sebagai berikut:
Tauhid Uluhiyah
Definisi Uluhiah secara bahasa diambil dari kalimat yang artinya yang disembah dan ditaati, Ia adalah sesuatu yang menjadi tempat bergantungnya hati karena cinta dan pengagungan. Adapun menurut istilah adalah meng-Esakan Allah dalam ibadah. Ibadah itu banyak macamnya, seperti salat, zakat, dan lainnya. Semua itu wajib dilakukan untuk Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Adapun dalil-dalil tauhid uluhiah terdapat dalam Al-Qur’an Di antara dalil-dalil Al-Qur’an: 1) yang artinya “Dan kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya; “Bawasannya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku, maka hendaklah kalian menyembah-Ku” (QS. al-Anbiya: 25), 2) yang artinya “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah saja dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama dengan lurus” (QS. al-Bayyinah).
Tauhid ini tidak akan terwujud kecuali dengan dua landasan antara lain mengarahkan semua bentuk ibadah hanya kepada Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya (ikhsan) dan ibadah yang dilakukan harus sesuai dengan perintah Allah dan syari’at-Nya, serta mengikuti petunjuk Rasulullah Saw (ittiba’).
Tauhid Rububiyah
       Secara bahasa Rububiah diambil dari kalimat Rabb artinya adalah yang merawat, pemilik, tuan, dan pemberi keputusan. Semua makna ini secara bahasa benar dan boleh dinisbatkan kepada Allah. Adapun definisi Rububiah berdasarkan istilah adalah meng-Esakan Allah dalam perbuatan-perbuatan seperti menghidupkan, mamatikan, menciptakan, menurunkan rejeki atau lainnya, seraya berkeyakinan bahwa tidak ada satupun yang bersekutu dengan-Nya.
      Adapun dalil-dalil dalam hal ini terdapat dalam Al-Quran: 1) yang artinya “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam (QS. al-Fatihah:2), 2) yang artinya “Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “ Siapakah yang menciptakan langit dan bumi ?”. Tentu saja akan menjawab: “Allah”. Katakanlah: “Segala puji bagi Allah”; Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui” (QS. Lukman:25). Tauhid Rububiah ini bersifat fitrah, manusia diberi peunjuk untuk dapat mengetahuinya dengan fitrah mereka. Tidak perlu diutus para Rasul dan diturunkan kitab-kitab untuk menjelaskannya, begiu pula tidak dibutuhkan banyaknya dalil untuk menetapkan dan menjelaskannya.
        Perlu diingatkan di sini kaidah yang telah ditetapkan oleh para ulama, yaitu bahwa Tauhid Rububiah menuntut adanya Tauhid Uluhiyah. Hal ini dapat ditunjukan  pada sebuah firman Allah Ta’ala: yang artinya “Dialah yang menjadikan bumi sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui” (QS. al-Baqarah-22). Makna ayat ini adalah siapa yang menyatakan bahwa Allah-lah Sang pencipta, pemberi rizki, pengatur alam semesta, yang menghidupkan dan mematikan, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Tauhid Asma’ wa Sifat
Definisinya ialah meng-Esakan Allah dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya, tidak ada sesuatu pun yang bersekutu dengan-Nya, dalam firman Allah yang artinya “tidak ada satupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha melihat”
 Tauhid ini akan terwujud dengan menetapkan apa yang Allah tetapkan untuk-Nya dalam kitab-Nya atau apa yang telah ditetapkan Rasul-Nya, serta menafikan apa yang dinafikan Allah untuk-Nya dan apa yang dinafikan Rasul-Nya, tanpa adanya perubahan (tahrif), penyangkalan (nafy), penyerupaan (tamsil) dan tidak menyatakan bagaimana caranya (takyif), sebagaimana firman Allah yang artinya “Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Asma’ul Husna (nama-nama yang terbaik)” (QS. al-Isra’:110). Tauhid ini menuntut adanya iman terhadap semua nama da sifat yang telah dinyatakan oleh Allah dan Rasul-Nya, begitu pula beriman dengan sifat yang terkandung dalam setiap nama-Nya.
Urgensi Tauhid
Tidak ada pangkal keselamatan bagi manusia di akhirat dari azab neraka kecuali dengan mengenal dan men-Tauhidkan-Nya serta mengamalkannya dan mengetahui apa yang menjadi lawannya. Menurut (Syahidu, 2005:42-50) penting dan mendesaknya tauhid dapat disimpulkan dalam beberapa poin sebagai berikut:
Sesungguhnya kemuliaan ilmu ini dan mengajarkannya kepada manusia berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan sunnah yang shahih terletak pada objek ilmunya, yaitu Allah Swt. Bahwa Dia semata yang Maha pencipta, pemberi rizki, dan pemilik nama-nama yang agung. Inilah ilmu yang menuntun kita untuk mengenal Allah Ta’ala.
Sesungguhnya Tauhid merupakan kewajiban pertama bagi setiap mukallaf, dari sisi mempelajari, memahami, mengkaji, mengamalkan, dan mendakwahkannya.
Sesungguhnya mengucapkan kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah adalah pintu pertama bagi seseorang untuk masuk islam. Meskipun ia puasa dan menunaikan haji jika tidak mengucapkan kalimat syahadat maka ia tidk ditetapkan iman dan islamnya.
Tauhid merupakan asas diterimanya amal seorang hamba. Sekalipun seseorang melakukan salat, atau badah lainnya, namun semua amalnya tidak diterima.
Sesungguhnya manusia membutuhkan Tauhid di atas segala kebutuhan, tuntutannya di atas segala tuntutan, karena tidak ada kehidupan, kenikmatan dan ketenangan hati kecuali dengan mengenal Rabb-Nya yang dia sembah, yang menciptanya, mengenal nama-nama-Nya, sifat-sifat dan perbuatan-Nya.
Allah menyebut tauhid sebagai ruh dan cahaya yang hakiki, karena tauhid menerangi jalan bagi pengikutnya, mengeluarkan mereka dari kegelapan syirik kepada cahaya iman.
Tauhid adalah ibadah yang tidak dapat ditinggalkan oleh seorang hamba walau sekejap. Dia membutuhkanny pada malam dan siang, saat hidup dan kematiaanya, bahkan tauhid harus selalu menyertainya dalam semua kondisi.
Dakwah para rasul sejak nabi Nuh hingga penutup para nabi; nabi Muhammad Saw, ruang lingkup dan fokusnya adalah ber-tauhid kepada Allah Swt, bahkan tidaklah diutus seorang rasul kecuali dengan tujuan menyingkirkan kesyirikan dan membangun pondasi tauhid.
Sesungguhnya tauhid merupakan sebab disyariatkannya jihad oleh Allah Swt, untuk menyampaikan aqidah yang haq dan tauhid murni, serta menyampaikannya kepada seluruh umat.

Pengaruh Tauhid dalam Kehidupan Umat Islam dan manfaatnya
Pengaruh tauhid dalam kehidupan sehari-hari sangatlah besar. Adapun beberapa pokok pengaruh dan manfaat bagi kehidupan :
Melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda.
Orang yang memegang teguh tauhidnya hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah.
 Menanamkan semangat berani menghadap maut.
Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak diantara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut menghadapi resiko.
Menanamkan sikap “self - help” dalam kehidupan.
Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, karena kepentingan penghidupannya
Memberikan ketenteraman jiwa.
Seringkali manusia dilanda resah dan dukacita, serta digoncang oleh keraguan dan kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan, hatinya tenteram (mutmainnah), dan jiwanya tenang (sakinah).
Mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah).
Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu menekankan kepada kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik.
 Melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen.
Orang yang memegang teguh tauhidnya memberi pengaruh pada dirinya untuk senantiasa berbuat dengan ikhlas, tanpa pamrih, kecuali keridhaan Allah.
Memberi keberuntungan
Orang yang memegang teguh tauhidnya selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang memegang teguh tauhidnya adalah orang yang beruntung dalam hidupnya.

Hal-hal yang Bertentangan dengan Tauhid
Lawan dari tauhid adalah syirik, hal ini sejalan dengan dalil yang termaktub dalam QS. Ali Imran :64 yang artinya “Hai Ahli Kitab, marilah berpegang pada suatu ketetapan yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun, dan tidak pula sebagian dari kita menjadikan sebagaian yang lain sebagai Tuhan selain Allah”
 Hal  itu dapat disimpulkan ada tiga macam bentuk syirik:
Diantaranya kata mengabdi, yang berarti tunduk dan patuh. Diartikan pula berkelakuan penuh hormat yang dilatarbelakangi  oleh  kesadaran dan pengakuan terhadap keagungan dan kemuliaan yang abadi.  Misal menyembah patung, batu, pohon dll.
Mensetarakan suatu benda atau makhluk dengan Allah, contohnya agama kristen dalam pembahasan Trinitas, yang  percaya bahwa materi dan jiwa sama-sama abadi, padahal Allah berdiri sendiri dan penguasaan segala sesuatu berpusat pada-Nya.
Mempertuhankan sesama manusia.   Misalnya menuruti perintah dan membuat perintah dan larangan kepada orang lain.
Ada pula satu macam bentuk syirik yang lain, yakni pada QS. Al-Furqon: 43, yang artinya: “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara diatasnya?” . Nah, bentuk keempat dari syirik adalah memperturutkan hawa nafsu sendiri (Hawi, 2014:39-40).
Dari keempat hal diatas, disimpulkan bahwa ke-Esaan allah bukanlah suat dogma kosong, bukan hanya permainan dan omong kosong, tapi bagaimana sepenuhnya tunduk dan patuh dalam segala ketentuan dan ketetapan serta keyakinan yang besar kepada Robb-Nya.

Hal-Hal yang Merusak Tauhid
 Syirik
Syirik yaitu menyamakan sesuatu selain Allah dengan Allah pada apa yang menjadi kekhususan Allah. Yang dimaksud dengan penyamaan disini adalah semua bentuk kesekutuan, baik Allah menyamai yang lain pada kesekutuan itu, maupun Allah melebihinya. Secara khusus syirik yaitu menjadikan sesuatu selain Allah sebagai Tuhan yang disembah dan ditaati disamping Allah.
Menurut Yusuf Qardhawy dalam bukunya Hakikat Tauhid dan Fenomena Kemusyrikan, Syirik adalah menjadikan sesuatu sebagai sekutu Allah dalam hal-hal yang merupakan hak murni Allah. Seperti menjadikan Tuhan atau beberapa Tuhan selain Allah yang disembah, ditaati, dimintai pertolongan, dicintai atau lainnya.
      Syirik mempunyai tiga jenis yaitu; syirik besar, syirik kecil, syirik tersembunyi.
a. Syirik Besar adalah bahwa ia menjadikan sekutu selain Allah yang ia sembah dan taati sama seperti ia menyembah dan mentaati Allah. Syirik doa, Syirik dalam niat, dan Syirik dalam ketaatan
b. Syirik Kecil adalah bahwa ia menyamakan sesuatu selain Allah, dengan Allah dalam bentuk perkataan dan berbuatan.  Adapun bentuk-bentuk dari syirik kecil diantaranya;   Bersumpah dengan selain Allah,   Mengalungkan jimat, dan  Ruqyah (Mantera atau Jampi).
c. Syirik Tersembunyi adalah syirik yang tersembunyi dalam hakikat kehendak hati, ucapan lisan, berupa penyerupaan antara Allah dengan makhluk. Syirik tersembunyi sebenarnya dapat digolongkan ke dalam syirik kecil. Termasuk dari syirik tersembunyi adalah berdo’a kepada orang mati, dan orang-orang yang telah terkubur dari kalangan orang-orang yang memiliki maqam, juga meminta pertolongan dan pemenuhan hajat kepada mereka.

Kufur
Kufur dalam bahasa Arab berarti menutupi. Dalam terminology syariat, kufur berarti mengingkari suatu bagian dari ajaran Islam dimana tanpa bagian itu keislaman seseorang menjadi batal atau tidak sempurna.
Pendapat lain mengatakan, kufur adalah menolak kebenaran setelah mengetahuinya. Ini berarti bahwa orang yang menolak kebenaran dan berbuat kufur karena kebodohannya, serta menganggap bahwa dia telah melakukan sesuatu yang tidak bertentangan ajaran Islam dan tidak membatalkan iman, maka orang yang demikian tidak dianggap kufur, kecuali bila telah sampai kepadanya keterangan yang hak, tetapi ia masih tetap menolaknya, maka ia telah berbuat kufur.
Kufur mempunyai dua jenis yaitu; Kufur Besar dan Kufur Kecil. Kufur besar yaitu mengingkari bagian tertentu dari Islam yang tanpa bagian itu keislaman seseorang menjadi batal. Sedangkan kufur kecil yaitu mengingkari bagian tertentu dari Islam yang tanpa bagian itu keislaman seseorang belum dikatakan batal.
Adapun jenis dari kufur besar ada lima, yaitu;
a. Kufur Takzib (pendustaan), maksudnya menyampaikan kebenaran yang bertentangan dengan kenyataan sebenarnya atau mengklaim bahwa Rasulullah saw membawa ajaran yang bertentangan dengan kebenaran.
b. Kufur Kesombongan, maksudnya bahwa ia tetap membenarkan kebenaran yang dibawa rasulullah saw, tetapi ia menolak mengikutinya karena kesombongan dan keangkuhan.
c. Kufur Keraguan, maksudnya keragu-raguan dalam meyakini atau melaksanakan kebenaran, padahal keimanan yang dianut dari seorang mukmin adalah keyakinan akan kebenaran ajaran yang dibawa oleh Rasulullah tanpa sedikitpun keraguan.
d. Kufur I’radh (berpaling dari kebenaran), maksudnya meninggalkan kebenaran dengan jalan tidak mempelajari dan mengamalkannya, baik yang bersifat perkataan atau perbuatan atau keyakinan secara persial atau keseluruhan.
e. Kufur Nifaq, maksudnya mengingkari kebenaran yang dibawa Rasulullah saw dalam batin tapi tetap menampakkan diri mengikutinya secara lahir.

Adapun jenis dari kufur kecil diantaranya:
kufur nikmat
meninggalkan shalat
mendatangi peramal
3. Nifaq
Nifaq dalam bahasa Arab diambil dari akar kata Nafiqul Yarbu’ yang berarti lubang tikus, karena biasanya tikus selalu menampakkan jalan masuknya ke lubang, namun tidak menampakkan jalan keluarnya. Jadi, arti dasarnya adalah menampakkan sesuatu dan menyembunyikan lawannya.
Dalam terminologi syariat Islam, nifaq adalah menampakkan apa yang sesuai dengan kebenaran, dan menyembunyikan apa yang bertentangan dengannya. Jadi, siapa saja yang menampakkan sesuatu yang sejalan dengan kebenaran, dan menyembunyikan apa yang bertentangan dengannya. Jadi, siapa saja yang menampakkan sesuatu yang sejalan dengan kebenaran didepan orang banyak, padahal kondisi batin atau perbuatannya yang sebenarnya tidak demikian, maka dialah yang disebut munafiq. Kepercayaan atau perbuatannya disebut nifaq. Adapun jenis-jenis nifaq besar (nifaq aqidah) diantaranya:
Mendustakan Rasulullah saw secara parsial dan keseluruhan.
Mendustakan sebagian ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw.
Membenci Rasulullah saw.
Membenci sebagian ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw.
Merasa gembira dengan kekalahan agama Rasulullah saw.
Merasa benci dengan kemenangan agama Rasulullah saw.

Adapun jenis-jenis nifaq kecil (amali) diantaranya:
Dusta dalam perkataan
Tidak menepati janji
Menghianati amanah
Berlaku curang ketika bertengkar dengan jalan keluar dari aturan akhlak yang luhur.
Penipuan

4. Murtad
Istilah murtad jika dimaknai secara umum merupakan perbuatan yang mengingkari, meninggalkan agama Islam dan ajarannya, kemudian berpindah dari agama Allah saw ke agama lain, misalnya Nasrani atau yahudi tanpa ada paksaaan dan memang atas kesadarannya sendiri (Yusuf Qadhawy,1998 : 55).
Islam tidak pernah memaksa setiap individu untuk masuk ke dalamnya namun tidak seharusnya Islam menjadi bahan permainan dengan keluar masuknya aliran kemurtadan yang menjalar sehingga merusah kemurnian ajarannya dan menyebarkan bid’ah syayiah untuk mempengaruhi aqidah umat Islam.
Adapun jenis perbuatan murtad terbagi menjadi dua macam, yakni pertama kemurtadan murni yang dalam konteks perbuatannya masih ada ampunan jika seseorang tersebut bertaubat, yang kedua kemurtadan yang didalamnya memerangi Allah dan Rasul-Nya serta membuat kerusakan di muka bumi, maka dalam hal ini seseorang tersebut tidak akan diampuni bahkan tidak akan diterima taubatnya.

Tauhid sebagai Dasar Ideologi
Tauhid atau biasa disebut dengan monotheisme sudah ada sejak zaman Nabi Adam. Hal tersebut bisa dikatakan bentuk tauhid yang dilakukan manusia pertama kali. Ilmu ini secara garis besar mempelajari tauhid sebagai dasar bagaimana bertauhid dengan baik, sesuai dengan Al-Quran dan Hadist.
Sedikit permasalahan yang timbul, seperti perbedaan pola pikir, latar belakang, metode dan pendekatan, serta sudut pandang yang berbeda, tentunya akan menimbulkan perbedaan pendapat mengenai suatu hal seperti dalil, hukum dan ketentuan.
Solusinya, menurut Asmuni, (1999:10) cara paling aman dalam mengenal dan memahami Tuhan adalah melalui alam, Allah, melalui firmannya telah menjelaskan agar mau memperhatikan dan meneliti alam semesta, tidak hanya berupa alam disekitar kita, tapi juga mencakup alam semesta luar dan diri kita pribadi bagaimana Allah itu ada dalam seluruh kehidupan manusia sendiri.
Begitupun dengan hubungan antara tauhid dan pendidikan, bagaimana cara berpendidikan dengan jalan tauhid sebagai dasar ideologinya. Tauhid berfungsi sebagai pengatur, pengawas, dan pendidik serta jalan bagaimana manusia akan menghadapi kehidupannya kelak, tidak hanya untuk kehidupan dunia, namun juga kehidupan akhirat kelak.
Taqwa juga akan membentuk kepribadian yang sejalan dengan Allah SWT, seseorang yang menanamkan dasar tauhid dalam dirinya, Tauhid merupakan sebuah fondasi yang berdiri diatas bagunan, bangunan tersebut diibaratkan manusia, semakin kokh rasa ketauhidannya kepada Allah. Tauhid juga di maksudkan sebagai aspek bathin yang memberikan motivasi atas kehidupan manusia, tentunya mental manusia yang bertauhid juga akan semakin kuat dan lebih qonaah terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya. Entah itu takdir yang diberikan allah (mabda), pembelajaran dari ciptaan Allah, seperti Kitab-Nya, Rasul-Nya, ataupun malaikatnya. Serta takdir dan ketentuan Allah setelahnya.
Seluruh ruang lingkup dalam hidup manusia, segala alam sekitarnya, dan segala sesuatu yang ada dalam alam semesta sangat berkaitan dengan tauhid, sebagai salah satu pedoman, kepercayaan dan doktrin yang dipercayai manusia. Tauhid adalah penyeimbang kehidupan manusia bagaimana  dia hidup di dunia dan akhirat kelak.


BAB III
PENUTUP

Simpulan
Tauhid adalah menyakini keesaan Allah dalam rububiyah, ikhlas beribadah kepada-Nya, serta menetapkan bagi-Nya nama-nama dan sifat-sifat-Nya  (Al-Fauzan, 2004:17). Tauhid yang murni akan terwujud jika Tuhan yang disembah hanya satu, tidak bermacam-macam seperti halanya keyakinan. Tauhid yang murni terwujud jika terdapat kayakinan bahwa Tuhan Pencipta, Pemberi rizki dan pengatur alam ini (rabb) hanya satu, tidak ada sekutu dalam penciptaan dan penghidupan. Tauhid juga akan terwujud jika berkeyakinan bahwa Allah memiliki nama-nama yang mulia dan sifat-sifatnya yang agung, tidak ada sekutu baginya. Lawan dari tauhid adalah syirik, hal ini sejalan dengan dalil yang termaktub dalam QS. Ali Imran :64 yang artinya “Hai Ahli Kitab, marilah berpegang pada suatu ketetapan yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun, dan tidak pula sebagian dari kita menjadikan sebagaian yang lain sebagai Tuhan selain Allah”. Orang yang memegang teguh tauhidnya selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang memegang teguh tauhidnya adalah orang yang beruntung dalam hidupnya.
Saran
Dengan dipelajarinya kajian tauhid dan seluk beluk yang menyertainya, diharapkan mahasiswa memahami bagaimanakah keesaan yang harus kita yakini kepada Allah Swt.


Daftar Pustaka

Abdul, Wahab. 2007.  Kitab Tauhid. Maktab Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah.
Al-Fauzan. 2004. Kitab Tauhid. Akafa Press: Jakarta.
Asmuni, M. Yusron. 1999. Ilmu Tauhid. Jakarta: PT. Grafindo Persada
Syahidu. Muzzofar. 2005.  Tauhid Urgensi  Dan Manfaatnya. Jakarta: Kantor
Dakwah Al-sulay.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel surga yang tak Dirindukan 2

Analisisi Novel Surga Yang Tak Dirindukan

Resensi film “Cek Toko Sebelah”