A. Pendekatan Objektik
pendekatan objektif dibicarakan paling akhir dengan pertimbangan bahwa pendekatan ini merupaman pendekatan yang terpenting sekaligus memiliki kaitan yang paling erat dengan teori sastra modern, khususnya teori-teori yang menggunakan konsep dasar struktur. Pendekatan objektif mengindikasi perkembangan pikiran manusia sebagai evolusi teori selama kurang 2.500 tahun. Evolusi ini berkembang sejak Aristoteles hingga awal abad ke-20, yang kemudian menjadi revolusi teori selama satu abad, yaitu awal abad ke-20 hinga awal abad ke-21, dari strukturalisme menjadi strukturalisme dinamik, resepsi, interteks,dekonstruksi dan postrukturalisme (Ratman,2013:72).
Pendekatan objektif merupakan pendektan terpenting sebab pendekatan apa pun yang dilakukan pada dasarnya bertumpu atas karya sastra itu sendiri. Secara historis pendekatan ini dapat ditelusuri pada zaman Aristoteles dengan pertimbangan bahwa sebuah tragedi terdiri atas unsur-unsur kesatuan, keseluruhan, kebulatan dan keterjalinan. Organisasi atas keempat unsur itu yang kemudian membangun struktur cerita yang disebut plot.
Pendekatan objektif memusatkan pada perbatinan semata mata pada unsur-usur yang dikenal dengan analisis intrinsik. Konsekuensi logis yang ditimbulkan adalah mengabaikan bahkan menolak segala unsur ekstrinsik seperti aspek historis, sosiologis, politis dan unsur sosiokultural termasuk biografi. Oleh karena itu, pendekatan objektif juga disebut analisis otonomi, analisis ergocentrik, pembacaan mikroskopi. Pemahaman dipusatkan pada analisis terhadap unsur-unsur dalam dengan mempertimbangkan keterjalinan antar unsur di satu pihak dan unsur-unsur dengan totalitas lain (Ratna, 2013:73).
Masuknya pendekatan objektif ke Indonesia sekitar tahun 1960-an, yaitu dengan diperkenalkannya teori strukturalisme, memberikan hasil yang baru sekaligus maksimal dalam rangka memahami karya sastra (Djojosuroto, 2006:32). Pendekatan objektif di aplikasikan ke dalam berbagai bidang ilmu dan dunia kehidupan manusia, tetmasuk mode pakaian dan makanan. Pendekatan ini membawa manusia pada penemuan-penemuan baru, yang selanjutnya akan memberikan masukan terhadap perkembangan strukturalisme.
Dengan adanya penolakan terhadap unsur-unsur yang ada diluarnya, maka masalah mendasar yang harus dipecahkan dalam pendekatan objektif harus dicari dalam karya tersebut, seperti citra hahasa, stilistika dan aspek lain yang berfungsi untuk menimbulkan kualitas estetis. Dalam fiksi misalnya yang dicari adalah unsur plot, tokoh, latar, kejadian, sudut pandang dan sebaganya. Melalui pendekatan objektif, unsur-unsur instrinsik karya akan di eksplorasi semaksimal mungkin.
Jadi, pendekatan objektif merupakan pendekatan yang memandang atau memfokuskan perhatian pada karya sastra itu sendri. Selain itu, karya sastra dianggap sebagai struktur yang otonom dan bebas dari hubungan dengan realitas, pengarang dan pembaca.
Daftar Pustaka
Djojosuroto, Kinayati. 2006. Pengajaran Puisi Analisis dan Pemahaman. Bandung: Nuansa.
Ratna, Nyoman Kuntha. 2013. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pusat Pelajar.
pendekatan objektif dibicarakan paling akhir dengan pertimbangan bahwa pendekatan ini merupaman pendekatan yang terpenting sekaligus memiliki kaitan yang paling erat dengan teori sastra modern, khususnya teori-teori yang menggunakan konsep dasar struktur. Pendekatan objektif mengindikasi perkembangan pikiran manusia sebagai evolusi teori selama kurang 2.500 tahun. Evolusi ini berkembang sejak Aristoteles hingga awal abad ke-20, yang kemudian menjadi revolusi teori selama satu abad, yaitu awal abad ke-20 hinga awal abad ke-21, dari strukturalisme menjadi strukturalisme dinamik, resepsi, interteks,dekonstruksi dan postrukturalisme (Ratman,2013:72).
Pendekatan objektif merupakan pendektan terpenting sebab pendekatan apa pun yang dilakukan pada dasarnya bertumpu atas karya sastra itu sendiri. Secara historis pendekatan ini dapat ditelusuri pada zaman Aristoteles dengan pertimbangan bahwa sebuah tragedi terdiri atas unsur-unsur kesatuan, keseluruhan, kebulatan dan keterjalinan. Organisasi atas keempat unsur itu yang kemudian membangun struktur cerita yang disebut plot.
Pendekatan objektif memusatkan pada perbatinan semata mata pada unsur-usur yang dikenal dengan analisis intrinsik. Konsekuensi logis yang ditimbulkan adalah mengabaikan bahkan menolak segala unsur ekstrinsik seperti aspek historis, sosiologis, politis dan unsur sosiokultural termasuk biografi. Oleh karena itu, pendekatan objektif juga disebut analisis otonomi, analisis ergocentrik, pembacaan mikroskopi. Pemahaman dipusatkan pada analisis terhadap unsur-unsur dalam dengan mempertimbangkan keterjalinan antar unsur di satu pihak dan unsur-unsur dengan totalitas lain (Ratna, 2013:73).
Masuknya pendekatan objektif ke Indonesia sekitar tahun 1960-an, yaitu dengan diperkenalkannya teori strukturalisme, memberikan hasil yang baru sekaligus maksimal dalam rangka memahami karya sastra (Djojosuroto, 2006:32). Pendekatan objektif di aplikasikan ke dalam berbagai bidang ilmu dan dunia kehidupan manusia, tetmasuk mode pakaian dan makanan. Pendekatan ini membawa manusia pada penemuan-penemuan baru, yang selanjutnya akan memberikan masukan terhadap perkembangan strukturalisme.
Dengan adanya penolakan terhadap unsur-unsur yang ada diluarnya, maka masalah mendasar yang harus dipecahkan dalam pendekatan objektif harus dicari dalam karya tersebut, seperti citra hahasa, stilistika dan aspek lain yang berfungsi untuk menimbulkan kualitas estetis. Dalam fiksi misalnya yang dicari adalah unsur plot, tokoh, latar, kejadian, sudut pandang dan sebaganya. Melalui pendekatan objektif, unsur-unsur instrinsik karya akan di eksplorasi semaksimal mungkin.
Jadi, pendekatan objektif merupakan pendekatan yang memandang atau memfokuskan perhatian pada karya sastra itu sendri. Selain itu, karya sastra dianggap sebagai struktur yang otonom dan bebas dari hubungan dengan realitas, pengarang dan pembaca.
Daftar Pustaka
Djojosuroto, Kinayati. 2006. Pengajaran Puisi Analisis dan Pemahaman. Bandung: Nuansa.
Ratna, Nyoman Kuntha. 2013. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pusat Pelajar.
Komentar
Posting Komentar